Mengelola stok barang di gudang bukan sekadar menyimpan dan mencatat keluar-masuknya barang. Setiap produk memiliki pergerakan yang berbeda, ada yang cepat laku dan ada pula yang lama tersimpan. Kondisi seperti ini bisa berdampak pada efisiensi dan profit perusahaan.
Salah satu tantangan dalam sistem inventory gudang adalah menangani produk yang pergerakannya lambat. Produk ini disebut sebagai barang slow moving, yang apabila tidak dikelola dengan baik, bisa berubah menjadi dead stock dan menimbulkan kerugian.
Berbagai sektor bisnis seperti ritel, manufaktur, hingga distribusi seringkali menghadapi tumpukan slow moving stock akibat perubahan tren, kesalahan perencanaan, atau menurunnya permintaan. Untuk menghindari hal ini, penting menggunakan inventory management software guna memantau dan menganalisis perputaran barang secara real-time.
Lalu, apa sebenarnya slow moving stock? Bagaimana ciri-ciri barang slow moving? Apa saja tantangan dalam mengelola slow moving dan bagaimana tips untuk mengoptimalkannya? Untuk mengetahui lebih lanjut, mari kita simak artikel berikut ini.
Apa itu Slow Moving Stock?
Slow moving stock adalah barang yang tingkat perputarannya lambat dan cenderung tertahan lama di gudang, terutama dalam periode tertentu. Dalam inventory management software, kategori ini bisa teridentifikasi lewat data historis penjualan rendah dalam 3–6 bulan terakhir.
Pemantauan berkala terhadap slow moving stock penting untuk mencegah akumulasi barang yang bisa mengganggu arus kas. Penggunaan software inventaris yang dilengkapi fitur analisis perputaran barang membantu perusahaan mengambil langkah penanganan lebih cepat.
Keberadaan slow moving stock menunjukkan ketidakseimbangan antara persediaan dan permintaan pasar, yang dapat memicu inefisiensi. Oleh karena itu, strategi pengurangan stok, seperti diskon atau bundling, perlu diterapkan untuk meminimalkan kerugian bisnis.
Ciri-Ciri Barang Slow Moving
Sebelum mengenali ciri-ciri barang slow moving, penting bagi bisnis untuk memiliki pemahaman yang baik tentang pola penjualan dan kebutuhan pasar. Banyak perusahaan yang tidak sadar bahwa produk mereka termasuk dalam kategori ini hingga terjadi akumulasi stok yang merugikan.
1. Tidak terjual dalam waktu lama
Jika sebuah barang tidak terjual dalam waktu 3 hingga 6 bulan, besar kemungkinan barang tersebut termasuk slow moving stock. Pemantauan berkala melalui aplikasi stok barang dapat membantu mendeteksinya Kondisi ini bisa menyebabkan biaya penyimpanan yang terus bertambah.
2. Permintaan konsumen rendah
Barang dengan minat beli yang menurun drastis dari pelanggan bisa dikategorikan sebagai barang slow moving. Hal ini bisa terjadi akibat tren yang berubah atau produk yang tidak lagi relevan. Jika dibiarkan, stok ini akan menyita modal yang seharusnya bisa digunakan untuk produk lain.
3. Penumpukan stok di gudang
Jika dalam sistem inventory gudang, produk tertentu selalu mendominasi ruang penyimpanan dan tidak banyak bergerak, maka itu merupakan ciri khas barang slow moving. Penumpukan ini berisiko mengganggu efisiensi dan pengaturan tata letak gudang.
4. Tingkat perputaran rendah
Dalam analisis inventory management software, perputaran barang yang lambat menunjukkan bahwa produk tersebut kurang laku di pasaran. Ini menjadi sinyal untuk segera melakukan evaluasi. Angka turnover yang rendah dapat mengindikasikan adanya masalah dalam permintaan atau distribusi.
5. Tidak terserap oleh promosi
Meskipun telah diberikan diskon atau promosi, jika barang tersebut tetap tidak terjual, itu menandakan bahwa produk tersebut termasuk dead stock yang potensial. Ini menunjukkan bahwa strategi pemasaran tidak lagi efektif untuk produk tersebut.
Tantangan dalam Mengelola Slow Moving Stock
Mengelola slow moving stock tidak semudah menempatkan barang di rak dan menunggu waktu. Diperlukan strategi yang matang agar produk tidak menjadi beban biaya dan ruang yang tidak efisien dalam operasional perusahaan. Berikut beberapa tantangan yang kerap dialami dalam mengelola slow moving stock:
1. Menyita ruang gudang
Barang slow moving sering kali memenuhi rak-rak gudang yang seharusnya bisa digunakan untuk produk yang lebih cepat terjual. Hal ini mengurangi efisiensi sistem inventory gudang. Akibatnya, tata kelola ruang penyimpanan menjadi tidak optimal dan memperlambat operasional.
2. Risiko menjadi dead stock
Semakin lama sebuah produk tersimpan, semakin besar risiko barang tersebut menjadi dead stock. Produk yang tidak lagi relevan akan semakin sulit dijual meski dengan diskon besar. Ini berpotensi menyebabkan kerugian yang signifikan dalam jangka panjang.
3. Biaya penyimpanan yang tinggi
Penyimpanan jangka panjang membutuhkan biaya seperti listrik, keamanan, dan tenaga kerja. Biaya ini akan membengkak jika barang slow moving tidak segera ditangani. Tanpa tindakan yang cepat, perusahaan bisa mengalami pemborosan anggaran.
4. Sulit menentukan strategi penjualan
Strategi umum seperti diskon belum tentu efektif untuk produk slow moving stock. Diperlukan pendekatan yang lebih spesifik sesuai karakteristik produk dan target pasar. Kurangnya respons dari pasar membuat perusahaan sulit mencapai target penjualan.
5. Keterbatasan fitur software tradisional
Tidak semua perusahaan menggunakan inventory management software canggih. Tanpa sistem yang terintegrasi, sulit untuk memantau pergerakan stok secara real-time. Hal ini menyulitkan tim manajemen dalam membuat keputusan berbasis data yang akurat.
Untuk membantu mengatasi tantangan tersebut, saatnya beralih ke solusi yang lebih cerdas. Download skema harga software inventory Koneksi sekarang dan temukan paket terbaik yang sesuai dengan kebutuhan bisnis. Optimalkan pengelolaan stok dan tingkatkan efisiensi bersama Koneksi!
Perbedaan Fast Moving dan Slow Moving
Dalam pengelolaan stok, penting untuk memahami perbedaan antara slow moving dan fast moving agar strategi penyimpanan dan distribusi bisa lebih efektif. Kedua kategori ini memiliki karakteristik yang berbeda dalam perputaran barang, pengelolaan gudang, dan strategi penjualannya.
1. Kecepatan perputaran barang
- Fast moving: Produk dengan perputaran tinggi, sering terjual dalam waktu singkat, biasanya kurang dari sebulan. Cocok untuk kebutuhan harian atau produk yang selalu dicari pelanggan. Jenis produk ini sering kali menjadi fokus utama dalam strategi penjualan karena kontribusinya besar terhadap volume transaksi.
- Slow moving: Produk dengan perputaran lambat, bisa bertahan di gudang selama 3 hingga 6 bulan atau lebih tanpa penjualan yang signifikan. Jika dibiarkan terlalu lama, produk ini dapat mengalami penurunan nilai atau usang secara fungsional maupun tren.
2. Pengelolaan stok
- Fast moving: Butuh restock berkala karena cepat habis. Sistem otomatis sangat membantu untuk menjaga ketersediaan tanpa kehabisan. Forecasting permintaan yang akurat sangat penting agar proses pengadaan berjalan efisien.
- Slow moving: Butuh pemantauan ketat agar tidak terjadi overstocking. Jika tidak dikendalikan, bisa berubah menjadi dead stock yang merugikan. Sistem inventory yang terintegrasi dapat membantu mengidentifikasi pola pergerakan produk secara lebih cepat.
3. Strategi penjualan
- Fast moving: Biasanya tidak membutuhkan diskon besar untuk menarik pembeli karena permintaannya sudah tinggi. Fokus pada kecepatan layanan. Namun, persaingan merek tetap harus diperhatikan agar produk tetap menjadi pilihan utama konsumen.
- Slow moving: Sering memerlukan diskon, bundling, atau promosi lainnya agar bisa menarik perhatian pasar dan menghindari penumpukan. Analisis perilaku konsumen dapat digunakan untuk menyusun strategi pemasaran yang lebih efektif.
4. Dampak terhadap cash flow
- Fast moving: Memberikan arus kas yang cepat dan stabil, membantu perusahaan memutar modal lebih efisien dan berkelanjutan. Hal ini membuat bisnis lebih adaptif terhadap peluang pasar yang terus berubah.
- Slow moving: Berpotensi menghambat cash flow karena stok tertahan, modal terikat terlalu lama, dan tidak segera kembali menjadi pendapatan. Pemantauan rutin dan evaluasi stok sangat penting agar modal tidak terus mengendap.
Tips Optimalisasi Slow Moving Stock
Mengelola slow moving stock bukan berarti harus langsung menyingkirkannya. Dengan strategi yang tepat, barang yang pergerakannya lambat masih bisa memberikan nilai dan menghindari kerugian. Berikut ini beberapa langkah strategis yang dapat diterapkan untuk membantu bisnis mengelola dan mengoptimalkan stok secara lebih efektif:
1. Evaluasi stok secara rutin
Pantau pergerakan barang menggunakan sistem inventory gudang secara berkala. Dengan begitu, produk yang mulai menunjukkan tren penurunan dapat segera ditangani sebelum berdampak pada efisiensi ruang. Langkah ini juga membantu menyusun proyeksi kebutuhan barang dengan lebih akurat.
2. Manfaatkan data penjualan
Gunakan inventory management software untuk menganalisis pola penjualan secara historis. Data ini bisa menjadi dasar untuk memutuskan apakah produk perlu dipromosikan, diretur, atau dihentikan peredarannya. Keputusan berbasis data cenderung lebih tepat dan minim risiko.
3. Terapkan strategi promosi yang tepat
Bundling, diskon bertahap, atau paket spesial bisa menjadi cara untuk menarik minat konsumen terhadap produk slow moving stock. Pastikan strategi ini disesuaikan dengan segmentasi pasar yang tepat. Pendekatan yang kreatif akan meningkatkan kemungkinan produk terserap pasar.
4. Integrasi dengan aplikasi stok
Menggunakan aplikasi stok barang yang terhubung ke sistem penjualan akan membantu dalam pemantauan real-time. Ini memungkinkan tim operasional mengambil keputusan cepat untuk mencegah akumulasi stok. Integrasi yang baik juga mempercepat proses pelaporan dan analisis.
5. Lakukan pemindahan lokasi penyimpanan
Jika stok tidak bergerak di satu cabang, coba pindahkan ke lokasi dengan potensi penjualan lebih tinggi. Fungsi ini dapat dimaksimalkan dengan dukungan sistem inventory gudang yang terpusat dan fleksibel. Pemindahan ini dapat membuka peluang penjualan yang sebelumnya terhambat oleh lokasi.
Optimalkan Inventaris Anda dengan Software Inventory Koneksi
Koneksi adalah software ERP cerdas yang dirancang secara profesional untuk membantu perusahaan mengelola seluruh aspek operasional secara efisien. Mulai dari manajemen SDM, keuangan, hingga pengelolaan stok, sistem ini mendukung percepatan pertumbuhan bisnis sekaligus menangani tantangan seperti slow moving stock.
Dengan fitur seperti Accurate Stock Aging Analysis dan Inventory Barcode Scanning System, Koneksi membantu bisnis memantau stok secara real-time dan mencegah terjadinya dead stock. Dukungan seperti Multi-Store Stock Request Management dan Multi-UOM juga memastikan sistem inventaris lebih fleksibel dan responsif terhadap kebutuhan tiap cabang.
Berikut ini merupakan fitur utama dari software inventory Koneksi:
- Multi-Store Stock Request Management: Percepat proses approval stock request seluruh cabang dalam satu proses.
- Multi-UOM (Unit of Measurement): Permudah perhitungan stok dengan konversi satuan pengukuran berbeda.
- Accurate Stock Aging Analysis: Pantau expiry date secara real-time untuk menghindari dead stock.
- Inventory Barcode Scanning System: Monitor pergerakan stok secara real-time dengan sistem barcode & RFID.
Selain itu, software inventory Koneksi juga memiliki beberapa manfaat, antara lain:
- Pantau pergerakan stok secara real-time: Optimalkan proses pendataan dan pengelolaan stock transfer di berbagai lokasi gudang secara online.
- Permudah pengelolaan ribuan SKU: Klasifikasikan berbagai produk sesuai kriteria & jenis barang berdasarkan kode tertentu yang telah ditetapkan.
- Buat laporan stok lebih akurat: Dapatkan informasi lengkap terkait jumlah, masa kedaluarsa, jenis, lokasi penyimpanan, dan status proses transfer barang.
- Hindari timbunan barang di gudang: Pastikan kualitas & perputaran barang selalu terjaga dengan sistem FIFO/FEFO agar terhindar dari kerusakan atau kadaluwarsa.
Kesimpulan
Slow moving stock adalah tantangan serius dalam manajemen inventaris karena dapat menghambat arus kas, memakan ruang penyimpanan, dan berisiko menjadi dead stock. Tanpa strategi yang tepat, barang-barang ini akan menumpuk dan menurunkan efisiensi operasional perusahaan.
Untuk itu, Koneksi menghadirkan software inventory yang siap membantu mengoptimalkan pengelolaan stok, termasuk barang slow moving. Dengan fitur seperti Accurate Stock Aging Analysis, Multi-UOM, dan Inventory Barcode Scanning System, perusahaan dapat mengambil keputusan lebih cepat dan akurat.
Segera coba demo gratis software inventory Koneksi dan rasakan manfaatnya langsung di bisnis. Dengan Koneksi, kelola stok secara efisien, minimalkan kerugian, dan tingkatkan performa bisnis secara menyeluruh dalam satu platform yang cerdas dan terintegrasi.
FAQ tentang Slow Moving Stock
Slow moving adalah istilah untuk barang yang memiliki tingkat perputaran rendah dalam jangka waktu tertentu, biasanya 3–6 bulan. Barang ini tersimpan lama di gudang dan pergerakannya lambat, sehingga membutuhkan pemantauan agar tidak menjadi beban penyimpanan.
Slow moving stock dapat menyita ruang gudang, mengikat modal, serta meningkatkan biaya penyimpanan. Jika tidak segera diatasi, barang tersebut bisa menjadi dead stock yang tidak bernilai jual, mengganggu cash flow, dan menurunkan efisiensi operasional.
Slow moving adalah barang yang masih memiliki potensi terjual meski perputarannya lambat, sedangkan dead stock adalah barang yang tidak bisa dijual lagi karena kadaluarsa, rusak, atau sudah tidak relevan di pasar, sehingga menjadi kerugian total bagi bisnis
Comments are closed.